
SCC Dorong
Pemuda Aktifkan Gaya Hidup Produktif
Jakarta – Tahun 1928
menjadi tonggak penting dalam suatu gerakan pemuda di Indonesia. Saat Itu
dikumandangkan dengan sakral sumpah pemuda dan menjadi kesepakatan bersama.
"Kami
putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia."
Kesepakatan
yang dihasilkan di Kongres Pemuda II 27-28 Oktober 1928 di Jakarta tersebut menjadi suatu
kecerahan dalam menentukan gerak maju bangsa kedepan.
Pemuda
terus menjadi potensi dalam mendorong kemajuan bangsa ditunjang dengan kekayaan
alam bangsa yang berlimpah dan menanti dikelola secara baik dan
benar.Keunggulan Demograpi dengan jumlah 103 juta kaum muda berusia 15-40 tahun
adalah potensi dan perekat persatuan.
Ada
hal yang menggelitik disisi lain keunggulan jumlah kaum muda dengan jumlah
besar tersebut yaitu tantangan kedepan yang dapat mengancam para pemuda selain
narkoba (narkotika dan obat-obatan) yaitu gaya hidup konsumtif atau
konsumerisme. Perlahan namun pasti konsumerisme ada di depan mata dan ditunjang
oleh kemudahan fasilitas untuk mendapatkan semuanya.
SCC (Social Company Community)
yang dimotori para anak muda kreatif dan peduli dengan masa depan bangsa terus
mengusung semangat gaya hidup produktif sebagai bagian ambil andil dan peran
untuk para pemuda. Bukan tidak mungkin jika kedepan akan ada slogan penambahan
dari isi sumpah pemuda, yaitu “para pemuda bergaya hidup satu, gaya hidup
produktif”
Kekawatiran
hadirnya konsumerisme dan tentu saja para pemuda jadi potensi besar terlibas
didalamnya akan mengganggu roda kreativitas dan kemajuan bangsa kedepan.
“Berbagai
riset memprediksi millennials akan menjadi generasi paling konsumtif sepanjang
sejarah. Setidaknya sejauh ini proyeksi tersebut mengarah pada kenyataan.Hal
itu terefleksi dari dominasi mereka terhadap pembelian barang-barang bermerek
di seluruh dunia”.(kutipan bisnis.com)
Bahkan untuk bangsa
sangatlah penting menjadi bangsa yang produktif. https://www.liputan6.com/bisnis/read/2293750/ri-perlu-ubah-perilaku-ekonomi-dari-konsumtif-jadi-produktif
Pemuda sebagai tulang punggung dan penggerak
bangsa harus dijaga dan merawat bangsa serta meredam bahaya konsumerisme.
Bahaya
dampak konsumerisme didepan mata adalah Korupsi karena tidak puas dengan apa
yang telah didapatkan karena hasrat ingin hidup berlebih (konsumerisme). Tentu
saja efek korupsi merusak seluruh sendi negara dari lini terkecil sampai
terbesar.
Belum
lagi dampak lainnya dari konsumerisme seperti makan berlebih yang berakibat
pada pada gerusan alam terkait tingginya daya produksi plastik seperti sedotan
dan kantung plastik, pelepasan karbon/gas berlebih dari hewan akibat peningkatan
kebutuhan meningkat. Masih banyak lagi dampak konsumerisme yang melebar ke
semua lini kehidupan. Hal ini tentunya perlu upaya bersama untuk menggantinya
dengan gaya hidup produktif bagi para pemuda
Akan
hal itu kita sepakat bahwa tak ada jalan lain selain meredam dan menghentikan
konsumerisme dalam kapasitas menjaga pemuda sebagai penerus bangsa. (Isk-MC)